Bulan mengikutiku.
Begitu juga bintang-bintang yang ada di sekitarnya. Jum'at malam ini serasa cerah
namun dingin. Kedua ujung kerudungku kadang terbang diterpa angin. Adzan Isya’
berkumandang ketika kaki ini melangkah pulang. Tepat di depan Masjid Al-Hidayah
aku berhenti, memilih singgah sejenak untuk Sholat berjama’ah.
Lima
belas menit kemudian aku sudah siap untuk kembali melanjutkan perjalanan
pulang. Terus berjalan melewati gang demi gang. Terkadang tersenyum menyapa
orang-orang yang kutemui. “Baru pulang, Mbak?” Pertanyaan yang sering muncul
ketika aku pulang dari kampus.
Malam-malam
sebelumnya serasa damai, begitu juga malam ini. Tidak ada yang perlu aku
khawatirkan. Hanya fokus dengan apa saja yang ada di depanku. Bahagia dan
bersyukur dengan kehidupanku saat ini.
Lampu
jalan lima meter di depanku sepertinya akan mati karena cahayanya yang terlihat
remang. Seseorang berjalan di depan kemudian berbelok. Tingginya kurang lebih
25 cm lebih tinggi dariku dan berbadan besar. Gagah lebih tepatnya.
Seperti
yang aku duga sama dengan minggu-minggu sebelumnya, pria tersebut masuk ke dalam rumah
nomor dua dari belokan. Aku selalu melihat pria itu ketika pulang dari kampus Jum'at malam selepas mampir Sholat Isya' di Masjid Al-Hidayah. Tapi aku belum pernah melihat wajahnya sama sekali selama satu tahun belakangan
sejak melihatnya pertama kali. Hanya punggung yang menggendong sebuah ransel
dengan topi di kepalanya. Mungkin suatu saat aku akan kenal dengannya entah bagaimana
cara Allah memberikannya.
Jogja, 2/07/2017
Komentar
Posting Komentar