METAMORFOSA DALAM IMAN

“…. Seperti yang telah dijelaskan dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 18 yang artinya Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Nah, cukup sekian ngaji sore kita kali ini. Nanti setelah sampai rumah, jangan lupa ucapkan salam dan jangan lupa salaman sama orang tua kalian, ya!....” Ustadz Imam akhirnya mengakhiri ngaji sore kali ini.
“Tira, nggak usah pulang. Kita main kejar-kejaran sama temen-temen sambil nunggu maghrib.” Dalila menarik tasku saat aku berdiri. Akhirnya aku mengiyakan ajakannya. Ketika aku yang jaga, aku teringat janji Bapak yang mau membelikan aku es krim setelah pulang ngaji. Aku bergegas mengambil tas dan menenteng sandal kemudian lari kencang pulang ke rumah.
“Tira!!! Mau kemana?” Teriak teman-teman.
Kubalikkan badan seraya teriak, “Mau beli es kriiimmmmm sama Bapaakkkk!!!” Aku tertawa cekikikan sendiri mengingat sore ini akan makan es krim.
Rumah terasa sangat jauh. Tapi aku tetap semangat untuk pulang. Ramai sekali sore ini. Entah ada acara apa. Bapak-bapak dan ibu-ibu pakai pakaian pengajian berjalan searah denganku. Tiba-tiba Pak RT menghentikan aku yang sedang berlari, memelukku, kemudian menggendongku. Aku bingung, tapi tak ambil pusing. Aku selalu suka digendong Pak RT. Badannya besar hehehe. Pak RT menggendongku pulang ke rumah.
“Pak RT, itu bendera apa?” Aku penasaran ada bendera kuning yang dipasang di depan rumah. “Kok ada pengajian?”
Pak RT menurunkan aku kemudian memelukku. Air mata mulai menetes dari mataku. Aku tidak tahu ini apa, tapi rasanya aku sangat sedih. Sejak saat itu, dunia dan seisinya serasa gelap.
Aku tumbuh menjadi orang yang yah, bisa dibilang mandiri. Diasuh keluarga om dari Bapak. Tamat SMA, aku ngekos dan punya pekerjaan sendiri. Aku sudah minta om untuk tidak mengirimi uang lagi. Sebab pekerjaan itu telah memberiku uang lebih dari cukup. Bahkan bosku sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri karena aku rajin, sering terlihat di tempat kerja. Bahkan sering mengerjakan hal yang bukan tugasku. Aku juga sering mengajak bermain anaknya yang paling kecil.
Drrrrt… drrrttt… drrrrtttt…. Handphoneku bergetar. Tira, nanti setelah jaga bar temui saya di rumah ya. Ternyata sms dari Bos.
Setelah sms itu, hidupku terasa semakin terjamin. Bos menguliahkan aku di luar negeri. Bos tahu aku suka menggambar, maka ia menguliahkan aku di salah satu perguruan tinggi seni ternama dunia di Inggris dan ambil jurusan fashion desain. Lulus dari situ, aku menjadi seorang desainer busana terbuka untuk artis-artis di sebuah perusahaan desain terkenal.
Aku bahagia bertahun-tahun sampai suatu ketika menerima sms berisi tawaran job fashion untuk muslimah. Job itu datang begitu saja. Sms dari nomer tak dikenal dan setahuku nomor itu dari Negara Turki. Karena aku yang sedang jenuh mendesain baju terbuka yang modelnya begitu-begitu saja, aku menerima tawaran tersebut. Malamnya, aku langsung pergi ke meja kerjaku dan mulai membuka laptop untuk mencari referensi. Anehnya, setelah berkutat semalaman, bahkan sampai tiga malam, aku tidak mendapatkan pencerahan apa-apa. Rasanya seperti aku tidak tahu fashion muslimah itu seperti apa. Aku tidak tahu bentuk pakaiannya seperti apa, bahkan hijabnya pun aku tidak tahu. Gelisah mulai menghampiri. Ada apa denganku? Aku juga tidak tahu.
Esoknya, aku langsung terbang ke Turki selama beberapa waktu untuk menemui seseorang yang nantinya akan memakai busana rancanganku. Tak dinyana, job ini membawaku ke sebuah Rumah Sakit Kanker Anak Turki. Kukira awalnya, mungkin seseorang ini sedang menunggu kerabatnya yang sedang sakit. Tapi ternyata tidak.
“Hosgeldiniz….” Seorang anak kecil terbaring lemah di atas ranjang tersenyum manis menyambutku. Cantik, hidungnya mancung, wajahnya terlihat pucat, tapi bersinar.
Aku merasa setelah mengenal anak ini hidupku berubah. Maksudku, berubah yang berbeda. Ia adalah seorang anak berada namun yatim piatu. Orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Namanya Helena. Sekarang Helena diasuh oleh salah seorang dokter yang sedang merawatnya. Helena tidak pernah mengenal Islam ketika bersama orang tuanya, sampai ketika bertemu orang tua asuhnya saat ini. Tiap hari Helena dan aku bertemu untuk saling bertukar cerita. Ia senang berbagi kepadaku tentang perbedaan kehidupannya yang dulu dengan sekarang. Aku yang lebih dewasa darinya merasa sangat malu. Ia sangat lebih baik dariku. Banyak pelajaran yang aku dapat darinya. Sampai suatu ketika ia mengatakan, “Kak, aku ingin sekali cepat mengenal Allah sebelum aku meninggal nanti.”
Entah, setelah Helena mengatakan hal itu, aku makin berapi-api pada diriku sendiri. Seketika aku ingat kata Ustadz Imam 20 tahun yang lalu. Q.S. Al-Hasyr ayat 18. Flashback aku juga merasa berdosa atas apa yang telah aku perbuat selama ini. Jaga baru kemudian bekerja menghasilkan pakaian yang tidak sepantasnya. Perintah dan larangannya aku abaikan. Al-Qur’an hanya aku jadikan pajangan. Sholat tak pernah kukerjakan. Jikalau aku mati setelah ini, aku tidak memiliki bekal apapun. Jikalau aku mati setelah ini, hidupku sia-sia selama ini. Jikalau aku mati setelah ini, aku mati dalam keadaan jauh dari Allah SWT. Na’udzubillahi mindzaalik.
Aku juga seketika ingat Bapak pernah bercerita tentang sebuah hadist riwayat Ibnu Majah bahwa Ibnu Umar ra. pernah berkatan, “Aku datang menemui Nabi saw. bersama sepuluh orang, lalu seorang dari kaum Anshar itu bertanya, ‘Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia, wahai, Rasulullah?’ Kemudian Rasulullah saw. menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah orang-orang cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan dan kemuliaan akhirat.”
Kemana Tira yang dulu? Tira masa kecil yang rajin mengaji?


Tangerang Selatan, 14 Mei 2018

Komentar

  1. Wahh sangat bagus kak, sangat menginspirasi. Dilan gakuat bacanya hehe

    Ditungguu cerita2 selanjutnya kak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Dilan. Oya, dapet salam dari Milea. Katanya rindu

      Hapus
  2. teh tulisanmu sebelum di unggah di webmu dikirim dulu ke media lain ....barangkal
    i d honor

    BalasHapus

Posting Komentar