“Lana?” Panggil seseorang dari sebelah. Reflek aku menoleh, “Pinjem
tip-x.” katanya. Setiap hari dia, panggil saja Awan, selalu meminjam tip-x ku.
“Silahkan
mengelompok.” Mam Yuna mempersilahkan murid – murid untuk mengelompok. Aku
segera duduk bersama kelompokku. Sejenak, aku menatap ke depan. Ups, tenyata di
depanku ada Awan. Aku segera mengalihkan pandangan. Sejak saat itu, tanpa aku
sadari aku sering memandang seseorang yang ada di bangku sebelahku, Awan.
Sampai – sampai aku membayangkan banyak hal jika kita saling menyukai. Duh,
pasti akan sangat membahagiakan.
Jika aku
menceritakan hal itu pada teman – teman, pasti mereka langsung bisa menebak
bahwa aku menyukainya. Maka dari itu, aku memilih diam. Tapi, di saat aku mulai
menyukai seseorang untuk kedua kalinya setelah masa laluku, hatiku rasanya
teriris. Entah kenapa. Apa itu rasa takut? Aku juga nggak tahu. Let it flow,
aku menyukainya dalam diam. Setiap tingkah laku yang ia kerjakan, yang
membuatku merasa percaya diri, aku selalu bahagia. Tanpa memikirkan apa
realitanya. Menyedihkan memang. Kadang aku merasa bahagia, dan kadang aku
merasa jatuh.
‘Dia nggak ngechat
aku?’ hal itu yang sering muncul dalam fikiranku. ‘Ya ampun, dia kan belum
masuk ke daftar kontakku?’ bodoh banget sih. Tanpa pikir panjang, aku membuka
kontak member grup kelas. Namun, aku ragu. Aku tidak yakin. Dengan mata
terpejam, aku menekan invite. Seketika aku merasa lega.
Sehari kemudian,
aku baru di acc. Dan akhirnya, dia masuk ke dalam daftar kontakku.
“Lana, kamu kok enggak invite aku juga?” temanku Saras tiba – tiba
menyanyakan hal itu. Seketika badanku dingin semua. ‘Juga? Emang aku kemaren
habis invite siapa?’
Pertanyaan Saras membuatku semakin baper. Aku sering berfikir. Ini
saking akunya yang suka sekali baper, atau emang sifat cewe?
Aku masih mengharapkan hal yang sama. Aku masih menginginkan dia
menyapaku dalam chat duluan. Tapi sampai waktu berlalu, dia belum juga
melakukan hal itu. Aku tahu aku aneh. Jelas – jelas dia nggak akan ngelakuin
hal itu.
Setiap hari aku
selalu menunggu hal yang tak pasti. Aku selalu dibuat baper sama tingkahnya. Hahaha,
i know i’m weird. Suka, tapi aku nggak berani deketin dia duluan. Kalau diam
gini terus, rasanya juga nyesek. Percayalah, mencintai dalam diam itu lebih
sakit daripada sekedar patah hati. Entah sampai kapan aku bisa menyembunyikan
ini. Terkadang aku merasa ingin menyudahi semuanya. Dan sekarang, perasaan itu
sedang kualami.
Kelas terlihat sepi. Semuanya serius belajar sampai ada yang mengatakan
kalau Nia dan Awan saling menyukai karena mereka sering sekali nggak akur. Aku
tahu itu. Mereka memang sering sekali saling mengejek. Seketika hatiku merasa
tambah sakit. Seisi kelas menertawakan Awan dan Nia. Tapi aku? TIDAK! Hatiku
sedang menjerit sekarang. Andai kamu tahu, Awan, aku di sini selalu menyukaimu.
Aku merasa semakin canggung ada di dekatnya. Dia selalu
membelakangiku nggak tahu kenapa. Aku takut kalau dia tahu tentang perasaanku
ini. Maka dari itu, jika ada kesempatan untuk bisa pindah bangku, aku langsung
menyingkir. Sepertinya Awan tahu itu. Perasaanku mengatakannya. Dia juga
ngelakuin hal yang sama. Sangat kelihatan. Tapi aku nggak yakin. Karena aku
tahu, ini hanya perasaanku saja. Selama sehari itu, kita nggak saling bicara.
Karena memang tiap hari begitu hahaha. Jika kalian tahu, hatiku selalu teriris
di balik senyumku ini. This is not a drama okay?
Lama – kelamaan aku semakin sadar. Aku bukan siapa – siapanya dan
bukan apa – apanya. Semua yang aku harapkan nggak mungkin terjadi. Meski aku
selalu menginginkan ending cerita cintaku seperti kisah – kisah Barbie, namun
aku sadar itu nggak bakal terjadi padaku. Please, just tell me something. Mungkinkah
suatu saat dia akan memalingkan wajahnya dan melihat ke arahku?
Senin, 13 April 2015
15.37
Pemgalaman pribadi
BalasHapusTerimakasih atas inspirasinya :)
Hapus